Frost & Sullivan dalam riset Indonesia Telecom Outlook Indonesia–Go Online 2012, pendapatan transaksi e-commerce di Indonesia disebutkan mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan meningkat jadi USD 650 juta pada 2015. Sementara riset Veritrans memperkiraan pangsa pasar e-commerce berdasarkan laporan publik dan pelanggan adalah USD 0,6 miliar hingga USD 1,2 miliar. Dan pengeluaran e-commerce rata-rata per tahun adalah USD 256 dan baru 6,5% dari pengguna internet yang bertransaksi online. Dengan jumlah pengguna internet baru 63 juta dan diprediksi oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menjadi 82 juta di akhir 2013, bisnis e-commerce di Indonesia bisa saja tumbuh berlipat ganda di tahun-tahun mendatang. Secara teori tertulis, bisnis ini memang menggiurkan. Maka tak heran dalam beberapa tahun terakhir, menjamurlah para pemain baru dalam industri e-commerce ini. Sebut saja Tokobagus, Multiply, Blibli, Lazada Indonesia, Tokone, Blandja, Berniaga dan lainnya. Namun pada praktiknya, seleksi alam juga yang menentukan. Multiply, misalnya. Sudah bela-belain pindah kantor dari Amerika Serikat ke Indonesia, perusahaan yang dulunya dikenal sebagai penyedia layanan blog ini malah gulung tikar. Pemodalnya, Naspers dalam Myriad International Holdings (MIH), tak percaya Multiply mampu bersaing. "Multiply diperkirakan tidak akan bisa mencapai posisi terdepan di industri e-commerce dengan model bisnis yang berkesinambungan," demikian pernyataan Multiply saat mengumumkan penutupan layanan. Naspers alias MIH sendiri pada akhirnya memilih untuk mengalokasikan investasinya ke anak usaha lain yang juga berbisnis e-commerce, Tokobagus.com. MIH sendiri masih melihat potensi dalam industri e-commerce di Indonesia, dengan memilih model bisnis iklan baris.
e-Commerce, Omzet Triliunan Rupiah
Frost & Sullivan dalam riset Indonesia Telecom Outlook Indonesia–Go Online 2012, pendapatan transaksi e-commerce di Indonesia disebutkan mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan meningkat jadi USD 650 juta pada 2015. Sementara riset Veritrans memperkiraan pangsa pasar e-commerce berdasarkan laporan publik dan pelanggan adalah USD 0,6 miliar hingga USD 1,2 miliar. Dan pengeluaran e-commerce rata-rata per tahun adalah USD 256 dan baru 6,5% dari pengguna internet yang bertransaksi online. Dengan jumlah pengguna internet baru 63 juta dan diprediksi oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menjadi 82 juta di akhir 2013, bisnis e-commerce di Indonesia bisa saja tumbuh berlipat ganda di tahun-tahun mendatang. Secara teori tertulis, bisnis ini memang menggiurkan. Maka tak heran dalam beberapa tahun terakhir, menjamurlah para pemain baru dalam industri e-commerce ini. Sebut saja Tokobagus, Multiply, Blibli, Lazada Indonesia, Tokone, Blandja, Berniaga dan lainnya. Namun pada praktiknya, seleksi alam juga yang menentukan. Multiply, misalnya. Sudah bela-belain pindah kantor dari Amerika Serikat ke Indonesia, perusahaan yang dulunya dikenal sebagai penyedia layanan blog ini malah gulung tikar. Pemodalnya, Naspers dalam Myriad International Holdings (MIH), tak percaya Multiply mampu bersaing. "Multiply diperkirakan tidak akan bisa mencapai posisi terdepan di industri e-commerce dengan model bisnis yang berkesinambungan," demikian pernyataan Multiply saat mengumumkan penutupan layanan. Naspers alias MIH sendiri pada akhirnya memilih untuk mengalokasikan investasinya ke anak usaha lain yang juga berbisnis e-commerce, Tokobagus.com. MIH sendiri masih melihat potensi dalam industri e-commerce di Indonesia, dengan memilih model bisnis iklan baris.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca artikel blog saya, silahkan tinggalkan komentar.